Selasa, 12 Agustus 2008

Jemaat GBKP Harus Waspada

SATANIC CHURCH (Gereja setan) ...!!!

oleh : Imanuel Ginting's (Mhsw Teologi UKSW / gr KAKR GBKP Tg Priok)

Di Jaman yang penuh dengan kemelut ini banyak aliran-aliran yang semakin “tidak jelas”, aliran atau ajaran dari agama orang lain, ironisnya sebagian umat Kirsten protestan di Bumi Merah Putih ini pun sudah tidak murni lagi dalam ajarannya sebagai pengikut Kristus, dalam artian pada saat ini tidak jarang ditemukan adanya aliran-aliran yang mengatasnamakan Gereja, namun seluruh ajaran yang dipakai itu memutar balik-kan dasar Alkitab yang telah kita telah pelajari, salah satu contoh yang boleh saya ambil disini adalah Gereja Setan! atau SATANIC CHURCH! (nina kalak Barat).

Gereja setan (didirikan oleh Anton Szander La Vey) tanggal 30 April 1966. Gereja Setan (GS) secara terang-terangan diorganisir di San Fransisco. Sebagai buku panduan umatnya, La Vey menulis sebuah kitab The Satanic Bible tahun 1969. Meskipun keberadaan para penyembah setan telah diketahui selama bertahun-tahun, tak seorangpun muncul dan mengakui secara terbuka bahwa mereka adalah penganut satanisme. Satanisme pertama kali menjadi gerakan yang terbuka dan teratur di tahun 1960-an di Amerika Serikat, tepatnya pada 30 April 1966.

Pendiri gereja aneh ini adalah seorang penganut satanisame yang bernama Anton Szandor La Vey yang menyatakan dirinya sebagai pendeta tinggi. Ia dikenal sebagai Paus Hitam. La Vey menulis buku-buku sekaligus merumuskan pandangan-pandangannya mengenai gereja setan dan setan berbicara. Judul-judul buku ini menakutkan, kitab suci setan, upacara satanis, penyihir satanis, buku catatan setan, dan setan berbicara. La Vey meninggal pada tahun 1997 Diperkirakan beliau memiliki sekitar 10 ribu anggota di Amerika Utara, dan meskipun banyak menerima tuntutan hukum, kegiatan dan upacaranya terus berjalan.

Sebuah patung setan raja iblis telah dibuat, dan saat ini berada di Katedral Notre Dame (paris) berwujud seperti manusia-binatang bertanduk dua buah, dengan posisi bertopang dagu dan dipunggungnya terdapat dua sayap. Patung ini terbuat dari batu dan dinamakan patung setan (patung itu pernah dimasukkan dalam adegan film Si Bangkok dari Notre Dame). Organisasi ini menyebut dirinya organisasi pertama dimuka bumi dan di sepanjang sejarah dan secara terbuka menyatakan mengabdi kepada penerimaan terhadap fitrah sejati manusia yaitu binatang jasmaniah yang hidup di dalam kosmos yang diserapi dan dimotivasi oleh kekuatan gelap yang kami sebut setan. Untuk yang bukan anggota akan dituding sebagai orang yang hidup dalam iri hati obsesif terhadap kita yang tetap eksis oleh arus alamiah bersama rasa takut terhadap Pangeran Kegelapan. Oleh sebab itu mereka menyebut dirinya kaum asing yang terepilih dan elite, bakan mereka mengatakan kita para pengikut setan adalah “tuhan” itu sendiri. GS menyebarkan doktrin yang diciptakan Anton La Vey melalui tulisan, rekaman, dan Video. GS mengaku punya media yang luas dan selama 33 tahun terakhir ini dirujukkan dengan berbagai nama, misalnya gereja setan

Gereja setan pertama berkedududkan di Amerika, kini nama resmi mereka adalah Satanic Church, nama lain adalah pendusta. Pada tanggal 29 Oktober 1997, Anton La Vey mati. Kemudian GS diwariskan kepada Blanche Barton (pendeta wanita tertinggi) yang juga adalah istrinya dan ibu anak yang ketiga yang bernama Satan Xerces Carnacki La Vey. Blanche juga menjabat kepala adminisrasi GS selama 14 tahun terakhir. Semasa hidupnya, Anton La Vey mengangkat banyak anggota kependetaan Mendes sebagai pengacara iblis. Dan kependetaan ini bersama ordo Trpezoid Dewan Nan Sembilan kini bekerja sama dengan pendeta wanita tinggi barton untuk memajukan filosofi ikonoklastik yang diracik oleh La Vey.

Lambang

Lambang pengikut GS umumnya menggunakan angka 666, pentagram, bintang yang bersudut 5 terbalik, yang bergambar kepala kambing bertanduk dua. Sudut bintang yang menggambarkan tanduk itu bermakna Lucifer, sama tinggi dengan Allah. Tiga susut dibawah menggambarkan tritunggal iblis, yang ditengah Lucifer, di kiri antiKristus, yang di kanan nabi-nabi palsu. Iblis yang menyesatkan mereka dilemparkan kedalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi itu dan mereka disiksa siang malam sampai selamanya.

Tritunggal iblis ini lawan TritunggaL Kristiani (Bapa,Anak,Putra,dan Roh Kudus). Kepala kambing merupakan salah satu cirri khas utama penyembah setan. Unsur penyembah menuju kepada pengorbanan kepada Satan Lucifer. Biasanya, menyembelih kambing (umumnya jantan) dan menggunakan darahnya untuk upacara ritual, dan hal ini merupakan lawan identik dengan pengorbanan umat Kristiani kepada Allah sewaktu jaman Israel sampai saat ini yaitu dengan korban domba. ‘Keesokan harinya mereka mempersembahkan korban sembelihan dan korban bakaran kepada TUHAN, yakni seribu ekor lembu, seribu ekor domba muda, dengan korban-korban curahannya dan sangat banyak korban sembelihan bagi seluruh Israel’.

Ritual dan Upacara

Seks, Kebaikan, dan Kejahatan. Ritual Seks, dilakukan setelah upacara dan itu merupakan bagian dari upacara. Keterangannya, seks bebas sama sekali bertentangan dengan ajaran Kristiani. Roh dan manusia dapat melakukan badan apabila roh itu berubah wujud menjadi manusia. Hal ini dapat dilakukan oleh Lucifer karena dia adalah malaikat sehingga harus meminjam tubuh orang lain (media), seperti kerasukan, memanggil arwah orang mati, perdukunan, semua hal ini adalah praktik satanisme. Di Indonesia sudah banyak sekali praktek satanisme dalam bentuk yang berbeda, ada yang bilang itu boleh karena tujuan baik dan itu jahat karena untuk tujuan jahat. Memang pada praktiknya ada yang terlihat untuk kebaikan (putih), dan ada niat jahat (hitam). Tetapi kesemuanya ini sama saja intinya.

Sungguh tragis bukan? saya beranggapan Gereja Setan ini sama dengan NARKOTIKA, ketika kita mencobanya, pasti kita dibuatnya ketagihan dan kita telah masuk kedalam ajaran yang sesat itu, dan itu tandanya kita bukan pengikut Kristus yang sejati, pengikut Kristus yang sejati mau membela namaNya dan siap untuk memberitakan kabar gembira bagi orang yang belum mengenal namaNya! Di Negara kita ini Gereja Setan kerap kita temukan, biasanya gereja ini berada pada daerah-daerah yang terpencil, yang belum mengenal Tuhan Yesus, dan di Mall-mall besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Sumatera-Utara. Ingat, Yesus kristus telah mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Untuk itu saudara-saudari Jemaat GBKP dimana pun berada baik MAMRE, MORIA, PERMATA, dan KAKR, kita sudah mempunyai Gereja yang sangat baik untuk membangun spiritualitas yang ada pada diri kita dan Gereja tersebut bernama GBKP, karena itu tunggu apa lagi?, kita jaga dan kembangkan terus “GBKP Simalem”, baik Moderamen hingga Bajem GBKP, Selamat merenungkan, Tuhan Yesus Kristus senantiasa menuntun kita ke jalan yang benar, pesan dari hati nurani saya kepada anda yaitu “Ula lupaken GBKP Simalem”. Tuhan Yesus Memberkati.

“ Karena itu pergilah, jadikanlah semua Bangsa Murid-Ku, dan Baptislah mereka dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu, dan ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir Zaman”

1 MATIUS 28:19-20



Sumber : Majalah Graha 2007.

Melihat Ke Dalam

(permenungan Terhadap Fenomena kecenderungan Perilaku Moral

dalam Masyarakat saat ini)

“Jagalah Hatimu dengan segala kewaspadaan,

Karena dari situlah terpancar kehidupan”.

-Amsal 4:23-

Gambaran Umum

Kecenderungan dan fenomena yang sering terjadi saat ini telah membuktikan betapa kompleksnya permasalah sosial yang masih melilit hidup masyarakat kita. Semua permasalahan di masyarakat muncul ibarat semburan lumpur panas yang terjadi di Sidoarjo, lumpur yang terus menyembur dan meluluhlantahkan apa yang ada di sekitarnya. Sehingga terjadi kelumpuhan total di semua bidang. Hancurnya tempat tinggal (pemukiman penduduk), hilangnya mata pencaharian, terhambatnya proses pendidikan, bahkah yang paling pelik adalah masyarakat semakin menderita dalam memenuhi kebutuhan hidup; sulitnya mendapatkan makanan, sehingga masyarakat banyak yang menderita kelaparan, gizi yang buruk, hingga akhirnya tidak berdaya dan pasrah dalam menghadapi sakratul maut.

Fenomena ini tentunya tidak hanya terjadi di salah satu daerah saja, melainkan merata di seluruh tanah air. Media televisi sudah sangat jelas sekali meliput semua kasus-kasus yang terjadi di masyarakat, bahkan media surat kabar juga telah memuatnya sebagai hot isues yang terjadi; baik secara lokal maupun nasional. Hal yang menghebohkan sedang terjadi adalah, seperti yang sekarang sedang terjadi pada bangsa kita. Di mana fenomena yang muncul adalah seputar menjadi mahalnya (harga-harga meroket) kebutuhan pokok, bahkan yang lebih parah lagi adalah masyarakat sangat kesulitan untuk mendapatkannya. Sehingga cerita yang sering kita dengar dari ibu-ibu rumah tangga mengenai kesulitan dan menghilangnya si minah (alias minyak tanah) dan bahan sembako lainnya dari dapur masyarakat kita sudah menjadi hal biasa. Semua orang sekarang merasa sangat ketakutan akan kelangkaan bahan pokok tersebut. Akhirnya perilaku dan sikap egois pun muncul dalam diri sekelompok masyarakat untuk berlomba-lomba menimbun semua bahan tersebut agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Apakah fenomena ini hanya terjadi di Indonesia atau memang ini adalah gejala yang terjadi di seluruh dunia? Catatan Kompas menunjukkan bahwa fenomena ini juga dinyatakan benar oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Bahwa tingginya harga bahan sembako di Indonesia adalah disebabkan oleh naiknya secara drastis harga pangan dunia sejak tahun 2007, dan hal ini terjadi secara merata hampir di seluruh belahan bumi: mulai dari Amerika Utara, Benua Afrika, Asia Tengah dan Tenggara, hingga ke benua Australia. Bahkan menurut FAO kondisi ini telah memicu serangkaian kekacauan sosial dan politik, di negara-negara miskin, terutama di Benua Afrika (Kompas, Rabu, 2April 2008).

Semua ketimpangan ini akhirnya, terakumulasi dalam merebaknya kasus sosial yang terjadi pada masyarakat kita di semua daerah-daerah. Kejadian yang sungguh sangat memprihatinkan dan menyedihkan sekali. Di satu sisi negara kita sebagai penghasil beras (bahkan salah satu lumbung beras di Asia), di sisi lain msyarakat kita juga mengalami penderitaan dan kelaparan. Panen raya terus terjadi tetapi harga beras tetap tinggi, sehingga menyulitkan masyarakat miskin untuk dapat membeli beras.

Ironisnya, Pemerintah yang seharusnya dalam hal ini menjadi pamong praja (pembantu masyarakat) dalam mencari solusi atas semua masalah juga tidak dapat memperlihatkan tanggungjawabnya sebagai pembantu masyarakat. Akan tetapi, justru mereka yang menjadi biang masalah, sebab yang terjadi adalah munculnya sikap-sikap yang tidak mau peduli dan sikap itu berubah menjadi pangreh praja (penguasa masyarakat) layaknya seperti penindas-penindas hak-hak orang miskin. Hal tersebut dapat kita lihat dalam perilaku para pemimpin masyarakat kita yang telah menyelewengkan dan mengambil apa yang seharusnya menjadi hak-hak orang miskin (yang tidak mampu). Mulai dari bantuan dana BOS untuk pendidikan yang tidak jelas, dana subsidi Raskin (beras untuk orang miskin) yang tertangkap basah dikorupsi oleh oknum Pejabat Pemerintah Daerah Banten - Tangerang. Kemudian asuransi jaminan kesehatan untuk orang miskin pun juga diselewengkan dan tidak pernah didapatkan mereka.

Mengapa perilaku yang terjadi ini semakin menyeret masyarakat kita kepada kehidupan yang individualis-sadis? Ada apa dibalik fenomena prilaku masyarakat kita?

Amsal: Jauh melihat Ke Dalam

Dari semua kondisi dan permasalah yang telah kita lihat tentu perlu suatu upaya yang dilakukan dalam perbaikan ke arah yang lebih baik (defiensi positif). Kita sebagai umat yang percaya (gereja) tentunya harus lebih pro aktif untuk dapat peka dan tanggap dalam memahami fenomena ataupun kondisi apa yang sedang dan akan terjadi. Khidmat-Nya telah mengajarkan kita bahwa kita haruslah senantiasa berpegang dan bersandar pada kuasa-Nya (Amsal 3), agar kita semua tetap kokoh berjalan dan tidak tersandung dan akhirnya terjatuh dalam godaan dunia ini. Seperti yang diungkapkan oleh pengarang dalam Amsal 4:23, Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, Karena dari situlah terpancar kehidupan”. Apa sebenarnya maksud dan tujuan pengarang menyampaikan hal tersebut? Inilah yang akan kita hayati sebagai permenungan dalam melihat kondisi yang terjadi pada bangsa kita yang sedang sakit ini.

Hal apa yang bisa kita lihat dalam kitab Amsal ini? Tentunya, kita telah mengetahui bahwa kitab Amsal adalah kitab yang banyak sekali memuat; menceritakan dan mengajarkan tentang khidmat. Semua khidmat yang disampaikan telah tertuang dalam bentuk-bentuk praktis yang dijadikan sebagai pedoman hidup bangsa Israel sehari-hari. Dalam sejarahnya dapat juga kita ketahui bahwa pada dasarnya, khidmat adalah suatu kepintaran mencapai hasil, menyusun rencana yang benar untuk memperoleh hasil yang dikendaki. Biasanya tempat kedudukannya ialah hati, sebagai pusat keputusan moral dan intelektual (bnd. 1Raj. 3:9, 12).

Secara umum, maksud dan tujuan pengarang menuliskan kitab Amsal adalah untuk memperlihatkan secara tajam dan kontras antara akibat mencari dan menemukan khidmat dengan akibat mengejar kehidupan yang bodoh.[1]

Oleh karena itulah mengapa Raja-raja dan pemimpin Israel secara khusus sangat membutuhkan khidmat. Sebab, pada mereka lah bergantung keputusan-keputusan yang tepat dalam semua masalah sosial politik. Yosua (Ul. 34:9), Daud (2Sam. 14:20), Salomo (1Raj. 3:9, 12; 4:29) dikaruniai kebijaksanaan untuk memampukan mereka menunaikan tugas-tugas resmi pengabdian mereka. Raja mesianik dalam Yesaya (11:2) akan dilengkapi roh khidmat untuk menghakimi dengan adil. ‘Penasihat ajaib’ (9:5) menandaskan bahwa nasihatnya akan mendampakkan hasil yang menakjubkan.[2]

Dengan demikian, khidmat Alkitabiah adalah sekaligus bersifat agamawi dan praktis, dan berasal dari ‘takut akan Tuhan’ (Ayub 28:28 Mzm. 111:10; Ams. 1:7; 9:10). Khidmat berkembang menyentuh segenap hidup, seperti ditunjukkan dan dijelaskan secara luas dalam Amsal. Khidmat memperoleh pengertian yang dikumpulkan dari pengetahuan tentang jalan-jalan Allah dan menerapkannya dalam hidup sehari-hari.

Hati: Pancaran kasih kehidupan

Jika kita teliti dengan seksama dalam Amsal tersebut, mengapa pengarang sangat menekankan untuk menjaga ‘hati’? Ada apa, dan mengapa hati yang harus dijaga dalam segala kewaspadaan? Tentunya, dalam sejarah khidmat Ibrani dapat kita lihat bahwa jika orang berpikir tentang hati, berarti adalah berbicara tentang keseluruhan manusia dengan segala sifatnya, jasmani, intelek dan juga jiwanya sebagai satu-kesatuan; mereka tidak menganalisisnya dalam komponen terpisah. Bahkan dalam artian ini, hati nurani juga mengandung makna yang lebih dalam dari pada hanya ‘kesadaran’, bahkan hati nurani juga dianggap mencakup sebagai alat penghakiman (dalam Alkitab penghakiman moral) atas suatu perbuatan yang dilakukan dengan sadar.

Dari pemahaman ini tentunya kita dapat mengerti apa maksud pengarang Amsal tersebut, mengapa hati sebagai sumber dari segala keinginan itu harus tetap dijaga dalam segala kewapadaan (Amsal 4:23)? Benar, tujuannya, adalah supaya hati yang menjadi sumber dalam kehidupan manusia itu tidak menjadi menyimpang dan dapat membuat manusia tersandung. Sehingga, dengan tegas Amsal ini juga mengingatkan supaya setiap guru ataupun orang tua haruslah mengajarkan khidmat (didikan) kepada murid atau anaknya untuk bertujuan mengantarkan hati murid-murid atau anak tersebut pada jalan kebenaran (ayat 20-21).

Dengan demikian, dari kebenaran hati yang teguh dalam khidmat yang penuh kewaspdaan akan dapat memancarkan kehidupan. Sehingga, hal ini juga yang ditegaskan oleh Tuhan Yesus dalam khotbahnya di bukit: “Berbahagialah mereka yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat. 5:8). Artinya, syarat mutlak yang harus dilakukan dan dimiliki oleh manusia hanyalah menjaga hati supaya tetap suci! Oleh karena itu, Tuhan mengetahui dan mengenal hati setiap orang, dan tidak bisa ditipu oleh penampilan luar (1Sam. 16:7). Justru, sikap dan tindakan benar yang harus kita lakukan dalam memohon kepada Allah adalah untuk meminta Allah menyelidiki dan mengenal hati kita (Maz. 139:23), serta menjadikannya bersih. Oleh karena itu, hati yang baru haruslah menjadi tujuan dari setiap orang durhaka (Yeh. 18:31), sehingga hukum Allah tidak lagi menjadi sesuatu yang berada di luar, melainkan ditulis di dalam hati (Yer. 31:33)

Demikianlah orang yang menjaga sehingga suci hatinya. Dengan demikian, orang yang suci hatinya akan dapat melihat Allah. Karena, dengan iman Kristus yang tinggal di dalam hati, maka orang Kristen pun akan dapat memahami kasih Allah.

Refleksi dalam kondisi kegelapan hati di masyarakat

Hati yang suci; bersih dan terjaga dalam segala kewaspadaan akan memancarkan kehidupan. Hal itu akan sangat jelas terlihat dalam semua pikiran, perilaku/tindakan dan sikap hidup sehari-hari. Sehingga, penyebab dari gambaran umum dan fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kita saat ini dapat dengan mudah kita mengerti, adalah sebagai akibat dari perilaku yang buruk. Perilaku yang buruk tersebut adalah cerminan dari hati yang tidak terjaga dalam segala kewaspadaan. Hati yang menyimpang dan terjatuh sehingga masuk ke dalam kubangan permasalahan hidup yang akhirnya menenggelamkan manusia dalam lumpur kebodohan hidup; defiensi negatif, menuju pada tindakan kejahatan dan kehancuran moral.

Dengan demikian, kita tidak perlu heran tentang apa yang menyebabkan terjadinya korupsi besar-besaran di negara kita. Korupsi yang sangat memalukan yang terjadi di semua lini, terkhusus pada semua aparatur negara kita sendiri. Terbongkarnya sebagian dari sindikat mafia di dunia peradilan dan Komisi Yudisial kita yang tertangkap karena menerima suap adalah bukti matinya suara hati dan hancurnya moralitas masyarakat kita. Belum lagi perilaku dari beberapa oknum Pejabat Pemda Banten yang juga kedapatan menyelewengkan dana subsidi beras bagi orang miskin. Kemudian, dana BOS yang juga tida jelas kemana penggunaannya. Semakin jelaslah, semua perilaku masyarakat kita ini sungguh sangat memperihatinkan sekali.

Tekanan untuk bertahan hidup dalam memenuhi semua kebutuhan akhirnya membuat manusia buta mata dan buta hati. Apa pun akan dilakukan demi mendapatkan apa yang diinginkan oleh hatinya. Akhirnya kebutaan mata hati itu lah yang akhirnya menyebabkan manusia tidak lagi ada bedanya, bahkan lebih parah dibandingkan dengan binatang. Sebab, hidup manusia sekarang ini sudah tidak ada harganya lagi.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk keluar dari kondisi kegelapan ini? Setidaknya, ada sikap atau tindakan konkret yang bisa dilakukan oleh gereja sebagai garam dan terang-Nya untuk dunia yang sedang hambar dan gelap ini? Jawabnya hanyalah, “kita (gereja) harus kembali menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan”. Supaya kita tidak lagi menambah, atau memperparah kelamnya dunia masyarakat kita saat ini. Sebab, dengan upaya dan sikap menjaga hati, akan terlihat defiensi positif yang terjadi dalam sosial masyarakat kita. Dalam artian, sikap proaktif yang konstruksif yang harus dilakukan oleh gereja adalah dengan melakukan penyadaran panggilan kepada seluruh umat percaya. Sehingga, dengan adanya kesadaran panggilan umat dalam segala bidang di masyarakat, maka kesadaran itu akan menghasilkan pemahaman profesional yang kita jalani masing-masing, apakah sebagai tenaga medis, pendidik, ekonom, lawyer, pengusaha, dll. Pemahaman profesional dalam kesadaran iman tersebut juga akan melahirkan tindakan atau perbuatan kita yang benar dan positif serta bertanggung jawab. Dengan demikian, dampak yang terjadi tersebut juga akan berubah pada defiensi yang positif, yang dapat kita rasakan pada dua sisi.

Pertama, perubahan ke dalam. Dalam artian, perubahan ini akan dapat menjadi trigger (pemicu) untuk semakin memampukan kita dalam segala kewaspadaan menghadapi setiap permasalahn di masyarakat. Sehingga, permenungan sikap menjaga hati yang bersumber dari hikmat-Nya dengan pemahaman takut akan Tuhan akan menjadi vaksin yang menguatkan kita dalam menghadapi pesakitan yang terjadi di masyarakat ini.

Kedua, perubahan ke luar. Dalam artian ini adalah, bahwa dengan sikap sikap defiensi positif yang kita lakukan secara tidak langsung akan memberikan dampak terhadap dunia sekitar kita. Baik di tempat kerja, di lingkungan masyarakat, maupun di daerah-daerah yang menjadi konsentrasi perhatian kita; apakah keluarga miskin, kelompok masyarakat yang membutuhkan sentuhan pelayanan kasih, dll.

Dengan demikian, sikap yang kita bangun dalam menjaga hati dengan segala kewaspadaan benar-benar dapat memancarkan kehidupan di dalam diri dan bagi sesama kita. Sehingga dengan sikap yang selalu merendah dan tulus dalam khidmat-Nya akan dapat menuntun kita kepada kualitas sikap maupun perbuatan hidup sehari-hari. Salam

Medan, 4 April 2008

Penulis adalah Sekretaris Young People For Development (YPD) Wilayah Medan



[1] Kebodohan yang dimaksud bukanlah ketidaktahuan, tetapi sikap meremehkan prinsip-prinsip moral dan kesalehan secara sengaja. Kemerosotan moral, hilangnya tanggung jawab rohani dan ketidak pekaan sosial. Lih. W.S Lassor, dkk., Pengantar Perjanjian Lama2, Jakarta: BPK-GM, 2000, hlm. 89-91

[2] Suatu kelas khusus orang bijaksana (laki-laki dan perempuan, bnd. 2Sam 14:2) nampaknya berkembang selama pemerintahan monarki. Pada masa Yeremia, mereka mempunyai peranan penting disamping nabi-nabi dan para imam, sebagai yang berpengaruh besar atas masalah agama dan sosial. Tugas mereka adalah merumuskan rencana-rencana yang dapat dilaksanakan, menyusun nasihat untuk meraih hidup yang berhasil (Yer. 18:18). Orang bijaksanan atau penasihat berperan sebagai “Bapak” dalam hubungannya dengan orang-orang yang kesejahteraan mereka bergantung pada nasihatnya. Misalnya, Yusuf menjadi “Bapak” bagi Firaun (Kej. 45:8); Debora menjadi “Ibu” di Israel (Hak. 5:7. )Lih. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid A-L, Jakarta: YKBK/OMF, 1994, hlm. 391

Sosialisasi majalah Maranatha GBKP kedunia Internasional, Kenapa Tidak!!

(Marilah kita doakan dan kita dukung majalah Maranatha GBKP yang kita cintai ini agar semakin bertumbuh, berakar dan berbuah bagi Kemuliaan Tuhan Yesus saja)

Pertama sekali penulis membaca majalah Maranatha GBKP, ketika masih duduk di bangku kuliah di Sekolah Tinggi Theologia Abdi Sabda Medan. Saat itu Dk Drs Em B.Surbakti sebagai dosen penulis, beliau mengajar bahasa Indonesia di tahun 1996-1997. Beliau menyuruh penulis menjadi penyalur atau distributor majalah Maranatha di campus STT Abdi Sabda, dengan imbalan penulis mendapat gratis 1 majalah setiap bulannya. Penulis sangat senang sekali ketika diberikan satu majalah Maranatha setiap bulan. Demikianlah awalnya penulis menjadi pelanggan dan pembaca setia majalah Maranatha ini. Berlanjut ketika Penulis ditugaskan oleh Moderaman GBKP ke Rg GBKP Rokan-Kampar Klasis Riau-Sumbar tahun 2003. Penulis tetap menjadi Distributor atau penyalur majalah yang kita cintai ini. Sampai saat ini juga, ketika Penulis Studi lanjut ke UKSW Salatiga Jawa Tengah juga masih menjadi Distributor/Penyalur Majalah Maranatha ini. Bagi Penulis, hal itu sudah menjadi tugas dan tanggung jawab bersama buat kita untuk mendukung, memajukan dan mendoakan Majalah Maranatha ini. Bagi Penulis, tidak membaca majalah Maranatha satu bulan saja, rasanya seperti ada sesuatu yang kurang dalam kehidupan saya. Mengapa penulis katakan demikian? Karena majalah Maranatha ini sudah menjadi bahagian kehidupan Pribadi penulis!! Dari majalah Maranatha inilah, Penulis bisa tahu dan mendapat Informasi tentang berita-berita Perpulungen, Runggun, Klasis, Moderamen, Berita tentang pelayanan, Kesaksian, dan Lembaga-lembaga Gereja seperti Moria, Mamre, Permata, dan Ka/kr.

Dan memang hingga saat ini, majalah Maranatha inilah satu-satunya Media “Orang Karo” atau sumber Informasi “Orang Karo/Tanah Karo” yang terluas dan terbanyak oplahnya lebih kurang 8000 eks setiap kali terbit. Untuk itulah perlu dipertahankan dan di kembangkan!! Memang, bila dilihat dari jumlah kepala keluarga anggota GBKP sekitar 67.000-70.000 Kk berarti belum ada 25% Keluarga-keluarga GBKP yang membaca atau berlangganan majalah Maranatha yang kita cintai ini.

Untuk itu, penulis mau mengajak seluruh pembaca Maranatha yang terkasih agar mau mensosialisasikan majalah Maranatha ini kepada siapa saja anggota jemaat GBKP maupun anggota jemaat “Gereja yang lain yang tahu berbahasa Karo”. Baik itu yang didalam maupun yang diluar negeri. Semua ini adalah tugas dan tanggungjawab kita bersama. Karena majalah Maranatha adalah salah satu aset GBKP yang paling berharga. Ini harus kita pikirkan dan kita renungkan bersama bagaimana caranya mensosialisasikan majalah Maranatha ini bukan hanya di Dunia GBKP tapi bisa juga sampai ke Dunia Internasional. Agar orang-orang Karo yang ada di Dunia Internasional juga tahu tentang berita-berita se-GBKP. Ayo, Pihak Mj Maranatha sudah bisa membuka Webb Site atau Blogg khusus Majalah Maranatha. Agar Dunia International tahu, bahwa ada majalah Khusus britanya mengenai Karo dan Gereja GBKP! Disamping PR atau tugas kita untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu dan kualitas isi berita atau tulisan majalah Maranatha GBKP ini.

Penulis bangga memiliki majalah Maranatha GBKP ini. Dan penulis selalu berusaha agar orang Karo yang belum membaca Maranatha segera membaca majalah Maranatha ini. Mari kita dukung dan kita doakan majalah Maranatha ini supaya semakin besar dan semakin jaya selalu.

Penulis punya usul sederhana, kepada seluruh Klasis-Klasis dan Runggun GBKP dimanapun berada “Sosialisasikanlah” majalah Maranatha GBKP ini. Khusus bagi Gereja-gereja yang berada di kota-kota besar misalnya Medan, Kabanjahe, Siantar, Berastagi, Pekanbaru, Batam, Jakarta, Bogor, Bandung, Jogya, Jakarta, Surabaya, Semarang dan kota-kota lainnya, juallah Mj Maranatha sebanyak-banyaknya kepada seluruh jemaat dan jangan pernah dibatasi (jangan hanya buat Pendeta dan Pt Dk saja). Andai ada 100 Rg GBKP yang berada di kota-kota Besar mau menambah penjualan majalah ini 20 atau 25 eks saja setiap bulannya maka ada peningkatan mj Maranatha berkisar 2000-2500 dari jumlah yang sekarang ini. Semua itu bisa terjadi bila Pdt, Pt dan Dk mau mensosialisasikannnya lewat Momo, Pjj dan Kotbah-kotbah kita. Hal itu sangat baik di lakukan, untuk menambah pengetahuan dan Informasi bagi seluruh jemaat GBKP. Dan ingat, Majalah Maranatha ini bukan hanya untuk Pendeta, Pt dan Dkn saja (tapi untuk seluruh Umat GBKP dimanapun berhak membaca dan memilikinya). Nah, kalau ada perpulungen-perpulungen yang di Desa misalnya tidak sanggup membeli mj Maranatha ini, maka tugas Gereja yang di kota besar lah untuk mensubsidinya atau tugas Pdt dan Pt Dk mencari donaturnya. Penulis bisa memberikan contoh yang sederhana misalnya Runggun GBKP Batang Serangan Medan, Rg Pasar 2 Medan, Rg Bekasi Galaksi, Rg Polonia, Rg GBKP Jakarta Pusat, Rg Bandung Pusat, Rg Batam, Rg Pekanbaru, Rg Jogjakarta dan Rg Semarang. Runggun-runggun yang besar tadi Bisa masing-masing memberikan Subsidi atau bantuan majalah Maranatha kepada Perpulungen-perpulungen kecil misalnya di Kaban, Amburidi, Lau Baleng, Basukum, Lau rempak, Peria-ria, Rumah Galuh, Lau pakam, atau Perpulungen Batu Sianggehen misalnya. Dengan adanya hubungan “Bapak Angkat” tersebut Perpulungen-perpulungen kecil bisa mendapatkan 20-25 Eks majalah Maranatha setiap bulannya. Caranya mudah bukan??

Pihak Red Mj Maranatha langsung mengirimkan majalah-majalah Maranatha tersebut ke Perpulungen-perpulungen bersangkutan tadi. Nah, kemudian yang membayar majalah tersebut adalah Runggun-runggun yang Besar tadi (hanya sekedar contoh saja). Penulis pikir Runggun-runggun yang bersangkutan tidak keberatan untuk mengeluarkan Dana PI 100-150 ribu setiap bulannya bagi Perpulungen-perpulungen yang membutuhkan Mj Maranatha. Anggaplah itu merupakan bantuan atau PI Runggun-Runggun Kota ke Perpulungen kecil. Sekali lagi, pihak mj Maranatha harus bisa mengontak atau menghubungi Runggun-Runggun tersebut agar bersedia memberikan bantuan mj Maranathanya bagi Perpulungen-perpulungen kecil. (pihak Mj Maranatha harus lebih serius dan Proaktif dalam hal ini). Hal yang sama telah Penulis lakukan, kepada Mahasiswa-mahasiswi Karo yang berada di UKSW Salatiga Jawa Tengah. (penulis menghubungi Seorang Pertua GBKP di Medan/Pekanbaru yang menjadi donaturnya, beliau bersedia membantu 25 Eks Majalah Maranatha setiap bulannya)

Penulis mengingatkan, Moderamen GBKP juga harus memberikan Majalah Maranatha GBKP ini Gratis kepada seluruh Mahasiswa-i Theologia yang ada di STT Abdi Sabda, Makasar, STT Jakarta, UKSW, UKDW dan Cipanas. (sebagai sebuah wujud perhatian atau kepedulian Moderamen terhadap calon-calon Pendetanya) Agar mereka tahu dan sekaligus masih merasa memiliki GBKP ini. Hal ini Penulis sampaikan karena sangat besar kerinduan Para Calon-calon Pendeta” kita itu untuk mengetahui perkembangan GBKP ini.

Mungkin ada 200an Mahasiswa-i itu, berarti Moderamen hanya mengeluarkan 1,5 juta saja tiap bulannya. Sehingga dengan demikian, ada ratusan calon-calon “Pemimpin Gereja” kita yang mendapat pengetahuan tentang Gerejanya dan kampung halamannya Tanah Karo!! Itu PR Moderamen mencari Donaturnya!! Penulis juga berpikir, bila hal ini memungkinkan seluruh Kedai Kopi atau Warung BPK Karo bisa juga kita tawarkan Majalah ini. Penulis pikir, ada ratusan “Kedai Kopi” atau warung BPK (Babi Panggang Karo) milik orang Karo yang Kristen. Kalaulah kita mau sedikit untuk “repot” hal ini pastilah tercapai, mengapa kita tidak mencobanya. Hanya butuh kemauan saja!! Mari kita lakukan sekarang juga, selamat Mensosialisaikan ya Syalom, VIVA MAJALAH MARANATHA GBKP!! Tuhan Yesus Memberkati AMEN

Penulis

Pdt Masada Sinukaban. Studi Program S2 di UKSW Salatiga Jawa Tengah

Sosiologi Agama-Pastoral dan Masyarakat

KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA