Senin, 08 Maret 2010

THEOLOGIA KEPEMIMPINAN

THEOLOGIA KEPEMIMPINAN

“Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu”

(1 Petrus 5:2,3)

Oleh : Imanuel Ginting’s

Konsep kepemimpinan terus berkembang sejalannya waktu yang terus berputar dan telah menjadi obyek yang menarik untuk diteliti oleh para ahli dan sarjana. Fokus dari kepemimpinan mengalami pergeseran dari kepemimpinan tradisional atau transaksional (contoh : erdahin kam, janah melikas pendahin ndu maka pantas kam datken upah!!) yang kemudian berkembang dalam kepemimpinan transformasioanal (ada dorongan untuk mentransformasi atau mengubah untuk kearah yang lebih baik lagi didukung oleh para anggota organisasinya). Kepemimpinan transformasional juga sering dihubungkan dengan keefektifan kepemimpinan, inovasi dan perbaikan kualitas. Namun dalam studi yang sama, kepemimpinan transaksional juga memiliki pengaruh positif terhadap variabel yang sama. Hanya saja tingkat pengaruhnya lebih lemah dibandingkan dengan kepemimpinan transformasional. Tentu dari pemaparan diatas tadi paling tidak sedikit banyak garis besar atau benang merah sudah kita dapatkan. Berbicara menganai dasar (B.Karo: Palas) Theologis-na, mari si sikapken ras mari si oge Pustaka nta!

Kepemimipinan pada PL

Penulis percaya bahwa Alkitab adalah salah satu sumber terpercaya dan akurat mengenai contoh-contoh gaya kepemimpinan yang efektif. Beberapa contoh pemimpin-pemimpin yang ada dalam Alkitab dengan jelas menunjukan contoh pemimpin yang suskses karena memiliki gaya transformasional maupun yang gagal karena mereka masih terpaku pada gaya kepemimpinan yang transaskional. Salah satu contoh pemimpin yang sukses karena gaya kepemimpinan transformasional-nya adalah Abraham, yang kemudian disebut Bapa orang percaya.

Sejarah orang Israel diawali oleh Abraham, seorang pemimpin klan kecil yang percaya kepada Allah yang tunggal yaitu Yahweh. Abraham meninggalkan tanah Ur-Kasdim dan kemudian menjadi Bapa orang percaya (Kej 17:5). Abraham menunjukkan kehebatannya dengan menghancurkan pragnism dan juga sebagai dasar tiga kepercayaan yang hanya percaya pada satu Allah (Yudaisme, Nasrani, dan Islam) dan secara permanen mengubah dunia dengan kepercayaan kepada Allah tunggal, keadilan dan kebenaran. Paling tidak setengah dari populasi penduduk di dunia ini berhasil dipengaruhi oleh visi Abraham. Penulis akan mencantumkan beberapa kepemimpinan yang patut ditiru dari seorang Abraham. Pertama, Abraham memiliki visi. Visi Abraham adalah menemukan sebuah bangsa baru yaitu tanah yang dijanjikan oleh Allah kepadanya supaya ia menetap disana dan percaya kepada Allah yang tunggal dalam keadilan dan kebenaran. Kedua, Abraham memiliki keberanian dan percaya diri (Bdk Kej 14). Ketiga, Abraham peduli terhadap sesamanya manusia dan memiliki rasa keadilan yang kuat (Abraham orang pertama di muka bumi ini yang memberikan sepersepuluh dari miliknya kepada Melkisedek). Keempat, Abraham seorang yang rendah hati (bdk Kej 18:27). Kelima, Abraham memiliki pengaruh terhadap sesamanya manusia. Keenam, Abraham rela berkorban untuk kepercayaannya. Dan yang ketujuh, Abraham berani “berbeda” dengan oran lain.

Ketujuh hal diatas adalah ciri-ciri dari pemimpin transformasional atau pemimpin yang menerapkan servant leadership dalam kepemimpinannya

Kepemimpinan dalam PB

Jika dalam Perjanjian Lama sudah terdapat gaya kepemimpinan servant leadership, yaitu dengan contoh Abraham sebagai pemimpin servant dan pemimpin transformasional, dalam PB rasul Petrus juga menerapkan sevant leadership dalam kepemimpinannya. Rasul Petrus dengan sendirinya telah diterima sebagai pemimpin para rasul. Apa yang dilakukan Petrus akan ditiru oleh rasul yang lain. Petrus tidak menulis nasihat sebagai pemimpin para rasul, melainkan sebagai “teman penetua” yaitu orang yang memikul tanggung jawab yang sama, artinya ada kerendahan hati yang diterapkan seorang Petrus kepada para rasul. Pertama-tama Petrus membicarakan motivasi para pemimpin. Pemimpin rohani harus siap “memberi” dan bukan karena terpaksa melainkan dengan sukarela. Petrus tidak mencari keuntungan dalam pelayanannya, Petrus seorang pemimpin yang tidak diktator, Justru menunjukkan contoh yang layak bagi kawanan dombanya (bdk 1 Pet 5:3b). Petrus seorang pemimpin yang rendah hati, sebagai satu pendorong ke arah kepemimpinan yang tertinggi.

Yesus, Abraham, Petrus dan Nehemia adalah sebagian kecil dari banyak tokoh teladan Alkitab yang layak ditiru sebagai pemimpin yang sejati melayani. Melayani orang-orang, melayani demi mengusahakan yang terbaik bagi mereka. Meskipun dengan berbuat demikian pemimpin itu tidak akan selalu menjadi popular!, tidak akan selalu membuat orang terkesan!. Tetapi, karena pemimpin yang benar dimotivasi oleh perhatian yang penuh kasih, dan bukan demi kemuliaan bagi diri sendiri, maka mereka mau menganggung resikonya dan membayar harganya!.

“Tidak ada gading yang tak retak” sebuah pepatah kuno yang ingin mengatakan tidak ada manusia yang hidup dengan kesempurnaan, tidak ada organisasi yang tidak lepas dari kesalahan. Biarlah kesalahan ataupun mungkin jika ada kegagalan di Gereja kita lima tahun ini dapat membuka mata kita untuk saling mengevaluasi satu dengan yang lain. Sidang sinode ditempa bukan untuk ajang saling serang antar sesama Pendeta, pertua, diaken, maupun setiap utusan Runggun yang diutus untuk mengikuti sidang akbar bulan depan, tidak untuk mengatakan “Andai saja program itu tidak diadakan, pasti tidak seperti ini jadinya!!”. (Karo : Dahin pandita ise kin ena ndai!!). Tidak saling berdebat, berdiri bahkan kerap berteriak untuk masalah yang sesungguhnya tidak perlu untuk diperdebatkan. Melainkan sidang Sinode ditempa untuk mengevaluasi kinerja Program GBKP Lima tahun silam (Laporan Pertanggung Jawaban Moderamen), bagaimana arah GBKP lima tahun mendatang, sejauh mana GBP GBKP 2005-2010 berperan dalam gereja sekaligus menetapkan GBP GBKP 2010-2015, Tata Gereja GBKP apakah sudah benar-benar dipakai dalam gereja kita, benarkah GBKP sudah menjadi terang dan garam bagi pengikutNya?, lalu menjawab pertanyaan siapa dan bagaimana tokoh calon pemimpin Gereja kita GBKP lima tahun kedepan? Apakah ia sanggup memimpin Gereja Suku Karo yang menuntut perubahan serta meninggalkan keterpurukan?. mau mendengar, memperhatikan, belajar dan “tidak duduk manis” serta tidak pandang “enteng” dalam setiap persoalan! Dan tentu masih banyak lagi yang perlu dibenahi. Anda sanggup? Baik! Anda adalah pemimpin! Kami percayakan! Selamat mengikuti sidang Sinode GBKP 2010 dan selamat memilih calon pemimpin Gereja kita, pemimpin yang tidak transaksional! Soli Deo Gloria.

(Makhluk ciptaan Tuhan yang mengalami “ jatuh bangun” memimpin komisi Advokasi BEM Fak. Teologi UKSW, Salatiga dan mengalami asam pahitnya melayani sebagai ketua PERMATA Salatiga)