Rabu, 30 September 2009




Senin, 2009 September 28

“Ketika AKU sakit, kamu melawat AKU”
(Mohon Dukungan Doa dan Dana saudara untuk Pdt Rudi Elsino Surbakti S.Th Pelayan GBKP Rg Sidikalang Klasis Dairi)

Tanggal 21 Agustus 2009 lalu Pdt Rudi Elsino Surbakti PKPW GBKP Rg Sidikalang masuk rumah sakit Methodis jalan Tamrin Medan. Menurut Dokter, Pdt Rudi menderita Tumor Ganas di Paru-paru. Disamping itu, Pdt Rudi juga menderita penyakit Paru-paru basah, ini terbukti ketika kami berkujung ke rs tersebut, kami melihat secara langsung ada sebuah alat selang penyedot cairan yang di tempelkan di bawah ketiak Pdt Rudi. Selama lebih kurang seminggu Pdt Rudi di rs tersebut, ada 5 liter cairan berwarna kemerahan yang di sedot dari paru-paru Pdt Rudi. Sungguh memprihatinkan.
Kamis 27 Agustus 2009, menjelang sore hari Pdt Rudi di bawa pulang kerumah (rumah Orang Tua Nora di dekat Sekolah Pencawan). Kami bersama Nora kembali menjenguk Pdt Rudi, setelah berdoa bersama untuk kesembuhan beliau, jam 8.30 malam kami pulang kerumah, Pdt Rudi perlu Isterahat karena besok pagi jam 7.10 dengan Pesawat Sriwijaya Air rencana berangkat ke Penang untuk meneruskan pengobatan. Kita tidak tahu apa rencana Tuhan Yesus terhadap Pdt Rudi, ketika pesawat hendak mendarat di Penang, ternyata Cuaca sangat buruk! Memang pada hari jumat tersebut cuaca di Medan sangat tidak bersahabat, hujan terus menerus selama 5-6 jam, Pesawat yang membawa Pdt Rudi kembali ke Polonia. Lalu jam 11.20an kembali berangkat ke Penang, Puji Tuhan, jam 12an tiba di Penang.
Kami, yang tergabung di dalam Pendeta GBKP ini, mau menyerukan kepada kita semua dimanapun Pdt, Pt, Dkn dan jemaat berada untuk selalu mendukung Pdt Rudi ini dengan Doa agar Pendeta cepat sembuh dan kembali melayani seperti biasa. Sebelum melayani di GBKP Rg Sidikalang Klasis Dairi, Pendeta Rudi Melayani di GBKP Si Keben Klasis Sibolangit.
Kami juga berpesan kepada para Pendeta agar meningkatkan Solidaritas PKPW. Melihat keadaan Pdt Rudi yang sangat meprihatinkan, kita sadar para Pendeta memiliki banyak tugas dan pelayanan. Sebaiknya, kalau ada PKPW atau Pendeta GBKP yang sedang sakit, sudilah kiranya para Pendeta dan juga teman-teman Klasis yang di Medan untuk datang Berdoa ke Rumah Sakit. Benar, Pdt Rudi membutuhkan bantuan dana, akan tetapi dia juga sangat butuh dukungan Doa dan pendampingan, ini sebuah pengalaman, saya sangat prihatin kebersamaan Pendeta dan solidaritas Pendeta kalau hal ini tidak di ingatkan akan menjadi sebuah kebiasaan! Jadikanlah ini pengalaman atau cambuk untuk mengingatkan kita semua, siapapun yang sakit, kita harus mengunjunginya. Atau minimal bertelepon, sms dan sebagainya. Hal itu sangat membantu teman-teman Pendeta yang sedang sakit. Terlebih, Keluarga, Nora dan Anak-anaknya.



Saat ini, Pdt Rudi yang sakit, besok mungkin Saya, lusa mungkin Anda. Satu hal yang terpenting adalah, mari kita menjaga kesehatan. Tetap saling berkonunikasi dan saling membantu dalam kesusahan. Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Galatia 6:2. Sakit/penyakit tidak bisa kita tolak, dia hampir sama dengan kematian, kita tidak bisa tahu kapan datangnya. Yang penting disini adalah saling peduli dan saling memperhatikan! Solidaritas harus terus di jaga dan di tumbuh kembangkan. Pesan Tuhan Yesus di Injil Matius 25 : 36b “ Ketika AKU sakit Kamu Melawat AKU”
Kalau kita tidak bisa atau belum bisa membantu secara materi, bantulah dengan DOA! Kalau kita tidak sempat datang 2 atau 3 kali ke rumah sakit untuk menjenguk Pdt, Pt, Dkn, Jemaat, atau tetangga kita yang sakit. Minimal “satu kalilah” kita datang berkunjung. Itu sudah menguatkan dia agar semakin semangat untuk sembuh. Kalau kita sama sekali tidak bisa datang menjenguk orang yang sedang sakit, kita bisa menelpon atau meng smsnya untuk menguatkannya dari jarak jauh. Kalau kita tidak bisa menelpon atau meng sms, kita bisa mendoakan dari rumah dan dari Gereja.
Jangan Alaskan kesibukan, untuk menjenguk orang yang sedang sakit! Usahakan berbagi waktu, Anda pasti bisa melakukannya.
Doakan juga Nora Pdt Rudi Elsino Surbakti : Srimeidina br Ginting Manik. Anak: Yantamana Kristo Surbakti dan Kristian Makana Surbakti. Agar mereka tetap kuat menghadapi ujian ini.
Kepada para Pdt, Pt, Dkn, Jemaat dan Keluarga yang sudah datang ke rumah sakit dan berdoa bagi Kesembuhan Pdt Rudi kami ucapkan banyak terima kasih. Kepada para Donatur yang telah membantu Pdt Rudi melalui kami, Keluarga NN GBKP Semarang, Kel Andy Natanael Ginting Manik SH, MM. Jakarta dan Kel Pt Ab Purba GBKP Dumai, Pdt Kalvinsius Jawak, Pdt Jhonwinsyah Raja Saragih, Pdt Herman Sitepu, Pdt Kartauli Kaban, Cln Pdt Timotius Sembiring, Pdt Abdi Jaya Barus, Pdt Jonterkelin Ginting, Pdt Jeri Tarigan. Dan teman-teman Pdt yang lain, tidak bisa kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan banyak terima kasih. Tetaplah Berdoa, buat kesembuhan Pdt Rudi, Firman Tuhan buat Pdt Rudi Elsino Surbakti dan Keluarga : Oleh Bilur-bilurnya kamu telah sembuh. I Petrus 2 : 24b.
Menutup tulisan ini, Saya mengangkat Sepenggal lagu Rohani Nikita
“Allah mengerti, Allah peduli, segala Persoalan yang kita Hadapi”

Tuhan Yesus Memberkati AMEN

Penulis
Pdt Masada Sinukaban
Imanuel Ginting's

Email : masada.sinukaban@yahoo.co.id
Hp 08126427476
Imanuel Ginting's : nuel_gbkp@yahoo.co.id
Hp 085691440654

NB : Terimakasih kepada Saudara-I kami yang telah Berdoa untuk Pdt Rudi E Surbakti.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada Donatur yang telah memberikan bantuan Dana : NN dari GBKP Semarang, Andy Natanael Ginting Manik SH MM Jakarta, Pt Abadi Purba GBKP Dumai

Mari saudaraku kita buka mata hati kita untuk membantu teman kita..
Ula si tading2 teman..

Tuhan Yesus Memberkati Amen

Senin, 28 September 2009

“Ketika AKU sakit, kamu melawat AKU”
(Mohon Dukungan Doa dan Dana saudara untuk Pdt Rudi Elsino Surbakti S.Th Pelayan GBKP Rg Sidikalang Klasis Dairi)

Tanggal 21 Agustus 2009 lalu Pdt Rudi Elsino Surbakti PKPW GBKP Rg Sidikalang masuk rumah sakit Methodis jalan Tamrin Medan. Menurut Dokter, Pdt Rudi menderita Tumor Ganas di Paru-paru. Disamping itu, Pdt Rudi juga menderita penyakit Paru-paru basah, ini terbukti ketika kami berkujung ke rs tersebut, kami melihat secara langsung ada sebuah alat selang penyedot cairan yang di tempelkan di bawah ketiak Pdt Rudi. Selama lebih kurang seminggu Pdt Rudi di rs tersebut, ada 5 liter cairan berwarna kemerahan yang di sedot dari paru-paru Pdt Rudi. Sungguh memprihatinkan.
Kamis 27 Agustus 2009, menjelang sore hari Pdt Rudi di bawa pulang kerumah (rumah Orang Tua Nora di dekat Sekolah Pencawan). Kami bersama Nora kembali menjenguk Pdt Rudi, setelah berdoa bersama untuk kesembuhan beliau, jam 8.30 malam kami pulang kerumah, Pdt Rudi perlu Isterahat karena besok pagi jam 7.10 dengan Pesawat Sriwijaya Air rencana berangkat ke Penang untuk meneruskan pengobatan. Kita tidak tahu apa rencana Tuhan Yesus terhadap Pdt Rudi, ketika pesawat hendak mendarat di Penang, ternyata Cuaca sangat buruk! Memang pada hari jumat tersebut cuaca di Medan sangat tidak bersahabat, hujan terus menerus selama 5-6 jam, Pesawat yang membawa Pdt Rudi kembali ke Polonia. Lalu jam 11.20an kembali berangkat ke Penang, Puji Tuhan, jam 12an tiba di Penang.
Kami, yang tergabung di dalam Pendeta GBKP ini, mau menyerukan kepada kita semua dimanapun Pdt, Pt, Dkn dan jemaat berada untuk selalu mendukung Pdt Rudi ini dengan Doa agar Pendeta cepat sembuh dan kembali melayani seperti biasa. Sebelum melayani di GBKP Rg Sidikalang Klasis Dairi, Pendeta Rudi Melayani di GBKP Si Keben Klasis Sibolangit.
Kami juga berpesan kepada para Pendeta agar meningkatkan Solidaritas PKPW. Melihat keadaan Pdt Rudi yang sangat meprihatinkan, kita sadar para Pendeta memiliki banyak tugas dan pelayanan. Sebaiknya, kalau ada PKPW atau Pendeta GBKP yang sedang sakit, sudilah kiranya para Pendeta dan juga teman-teman Klasis yang di Medan untuk datang Berdoa ke Rumah Sakit. Benar, Pdt Rudi membutuhkan bantuan dana, akan tetapi dia juga sangat butuh dukungan Doa dan pendampingan, ini sebuah pengalaman, saya sangat prihatin kebersamaan Pendeta dan solidaritas Pendeta kalau hal ini tidak di ingatkan akan menjadi sebuah kebiasaan! Jadikanlah ini pengalaman atau cambuk untuk mengingatkan kita semua, siapapun yang sakit, kita harus mengunjunginya. Atau minimal bertelepon, sms dan sebagainya. Hal itu sangat membantu teman-teman Pendeta yang sedang sakit. Terlebih, Keluarga, Nora dan Anak-anaknya.

Saat ini, Pdt Rudi yang sakit, besok mungkin Saya, lusa mungkin Anda. Satu hal yang terpenting adalah, mari kita menjaga kesehatan. Tetap saling berkonunikasi dan saling membantu dalam kesusahan. Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Galatia 6:2. Sakit/penyakit tidak bisa kita tolak, dia hampir sama dengan kematian, kita tidak bisa tahu kapan datangnya. Yang penting disini adalah saling peduli dan saling memperhatikan! Solidaritas harus terus di jaga dan di tumbuh kembangkan. Pesan Tuhan Yesus di Injil Matius 25 : 36b “ Ketika AKU sakit Kamu Melawat AKU”
Kalau kita tidak bisa atau belum bisa membantu secara materi, bantulah dengan DOA! Kalau kita tidak sempat datang 2 atau 3 kali ke rumah sakit untuk menjenguk Pdt, Pt, Dkn, Jemaat, atau tetangga kita yang sakit. Minimal “satu kalilah” kita datang berkunjung. Itu sudah menguatkan dia agar semakin semangat untuk sembuh. Kalau kita sama sekali tidak bisa datang menjenguk orang yang sedang sakit, kita bisa menelpon atau meng smsnya untuk menguatkannya dari jarak jauh. Kalau kita tidak bisa menelpon atau meng sms, kita bisa mendoakan dari rumah dan dari Gereja.
Jangan Alaskan kesibukan, untuk menjenguk orang yang sedang sakit! Usahakan berbagi waktu, Anda pasti bisa melakukannya.
Doakan juga Nora Pdt Rudi Elsino Surbakti : Srimeidina br Ginting Manik. Anak: Yantamana Kristo Surbakti dan Kristian Makana Surbakti. Agar mereka tetap kuat menghadapi ujian ini.
Kepada para Pdt, Pt, Dkn, Jemaat dan Keluarga yang sudah datang ke rumah sakit dan berdoa bagi Kesembuhan Pdt Rudi kami ucapkan banyak terima kasih. Kepada para Donatur yang telah membantu Pdt Rudi melalui kami, Keluarga NN GBKP Semarang, Kel Andy Natanael Ginting Manik SH, MM. Jakarta dan Kel Pt Ab Purba GBKP Dumai, Pdt Kalvinsius Jawak, Pdt Jhonwinsyah Raja Saragih, Pdt Herman Sitepu, Pdt Kartauli Kaban, Cln Pdt Timotius Sembiring, Pdt Abdi Jaya Barus, Pdt Jonterkelin Ginting, Pdt Jeri Tarigan. Dan teman-teman Pdt yang lain, tidak bisa kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan banyak terima kasih. Tetaplah Berdoa, buat kesembuhan Pdt Rudi, Firman Tuhan buat Pdt Rudi Elsino Surbakti dan Keluarga : Oleh Bilur-bilurnya kamu telah sembuh. I Petrus 2 : 24b.
Menutup tulisan ini, Saya mengangkat Sepenggal lagu Rohani Nikita
“Allah mengerti, Allah peduli, segala Persoalan yang kita Hadapi”

Tuhan Yesus Memberkati AMEN

Penulis
Pdt Masada Sinukaban
Imanuel Ginting's

Email : masada.sinukaban@yahoo.co.id
Hp 08126427476
Imanuel Ginting's : nuel_gbkp@yahoo.co.id
Hp 085691440654

NB : Terimakasih kepada Saudara-I kami yang telah Berdoa untuk Pdt Rudi E Surbakti.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada Donatur yang telah memberikan bantuan Dana : NN dari GBKP Semarang, Andy Natanael Ginting Manik SH MM Jakarta, Pt Abadi Purba GBKP Dumai

Mari saudaraku kita buka mata hati kita untuk membantu teman kita..
Ula si tading2 teman..

Tuhan Yesus Memberkati Amen

Jumat, 04 September 2009

VERBATIM IMANUEL GINTING'S DENGAN PT ANALGIN GINTING

SEBUAH PERCAKAPAN SORE HARI (CHATING) DENGAN PT ANALGIN GINTING

3:05pmImanuel

Syalom bang

3:06pmAnalgin

Syaloom juga. Uga beritandu?

3:06pmImanuel

Sehat nge bang, kam gia ma sehat nge bang??
enggo kam balik ku Jkt bg???

3:10pmAnalgin

Enggo. MInggu malam enggo aku seh i Jakarta. kam ija kin e?

3:12pmImanuel

I Tg Priok bang, sanga mbaba seminar kam, i je kap ku arah pudi kundul bg, tp kentisik sj nge..
uga komentar ndu thdp Pt/Dk Tg Priok bg??

3:13pmAnalgin

La sempat kita ngerana me? Pt/Dkn Tanjung Priok, kuakap lit 3 macam gundari: lit sinimai emeritus, lit si murni ingin membuat transformasi, lit ka si tengah-tengahna e. Tapi aku pe banci nge salah. Adi akapndu uga kin?

3:24pmImanuel

Pt/Dk Tg Priok unik kal bg, kerina lit erbage macamna, sipemena : La kal nggit talu ibas forum2 galang (terlalu ingin "menonjolkan siapa dirinya) sipeduaken : mbue ia ngerana, tapi nggit ka ia nampati. si terakhir : ibas latar belakng pnddkn si berwarna ngasup Pt/Dk neragamken pikirin na seh ku tujun na..

Transformasi penting si tuhuna bg, tp peran emeritus i gereja menganggap bhw dirinya adalah pencetus gereja, akibatnya kai pe harus sungkun emeritus, sedangken si terjadi gundari (pola pikiren na) sangat jauh berbeda dgn GBKP masa lalu. uga ndia akapndu bg??

3:29pmAnalgin

Kuakap enggo seri pendapatta (tapi lebih lengkap nge pendapatndu e) soal peran emeritus kuakap memang bage me lalan. Kecuali kai sibahan pt/dkn singuda denga e mejile ka kari. Oke, asa ngasupta sisampati gelah banci erhulina. Bujur senina.

3:31pmImanuel

Ibas Maranatha edisi Agustus lit piga2 tulisen mngnai Pro-Kontra "gelar" Emeritus bg. uga tanggependu bg??

3:33pmAnalgin

Aku langa kubaca. Tapi bage gia aku arah si la mengharapkan gelar emeritus e. Kari kubaca lebe.

3:34pmImanuel

kai alasen ndu bg??
arah apai "risih" kam dengan gelar Emeritus bg??

http://static.ak.fbcdn.net/rsrc.php/z2HFX/hash/bjamloip.gif3:43pmAnalgin

Lemah kal kuakap palas teologisna mengenai Pt/Dkn Emeritus e...Janah, perayaken kerna emeritus banci menghambat regenerasi ibas GBKP nta. Ma payo?

3:48pmImanuel

Memang dinamika si terjadi ibas pemil Pt/Dk ibas GBKP enda lumayan parah bg,, hampir seri dengan kampanye Pilpres, tp adi i nehen arah uga dekahna ia ngelai perpulungen seh puluh-puluhen tahun, apakah tidak (ada) penghargaan yang diberikan gereja kita tentang plyanen si la kentisik e bg?? berarti Pandita GBKP pe la man taman gelar emeritus na bg,, sbb aku sendiri pe bingung denga kal bg, adi ku kritisi kari lenga kuakap pas palas si kuturiken e kari bang, adi ibas tata gerejanta uga kin aturen main na bg??

3:52pmAnalgin

Tentu kita perlu menghargai kerina pengalaman kerja pertua/diaken/pendeta. Pengalaman kerja sama dengan pengalaman pelayanan. Tapi kuakap situhuna gelar emeritus e, terlalu rendah dan terlalu dipaksakan. Misalna adi 15 tahun ia terpilih jadi serayan, kenca si e lanai terpilih, apakah lanai lit penghargaan man bana? Enggo 15 tahun lho. Dengan konsep sigundari payo bage, lalit kai pe. Emaka ia akan melakukan segala cara gelah sehh ku 20 tahun (terpilih jadi pertua). Ije me si lalit nari kuakap keadilan e. Bacandu tata gereja. Adi langa lit, cuba usulkenndu ku modramen gelah lit tata gereja bas website GBKP.

3:55pmAnalgin

Nuel, hasil percakapan ta enda (siarah datas, editndu ence kirim ku maranatha. Adi sungkun ndu denga atendu deba pemahamenku silahkan. tapi tulisndu ku maranatha ya...) ban bentukna wawancara. ma banci bandu?

SPIRITUALITAS

Spiritualitas
Yohanes 2:1-11

Anda pasti mengenal cerita perjamuan kawin di kota “Kana”. Peristiwa itu dicatat Yohanes 2:11 sebagai suatu peristiwa penting! Yesus tahu itu! Tetapi apa yang dipilih-Nya untuk penampilan/debut pertama-Nya? Hal itu yang dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu ia telah menyatakan kemuliaan-Nya dan murid-murid-Nya percaya kepadanya.” Jadi, pasti tidak main-main! Pertanyaan kita adalah : mengapa Yesus memilih sebuah pesta kawin untuk penampilan pertama-Nya, yaitu mengubah air menjadi anggur, sebagai muzijat yang pertama? Apa tidak ada peristiwa lain yang lebih prestigious ‘terhormat’ atau yang lebih layak?
Di dalam perjanjian baru, tindakan Yesus pada umumnya tertuju atau terarah untuk menolong mereka yang miskin, yang lemah, yang lapar dan yang sakit. Sangat mulia! Tetapi mengubah air menjadi anggur?
Anggur tentu penting.. apalagi untuk sebuah pesta pernikahan orang Yahudi, tetapi pasti bukan yang terpenting! Orang tidak akan mati kalau tidak minum anggur. Alangkah berbedanya, bukan? Antara Yesus member makan 5000 orang, Yesus menyembuhkan 10 orang sakit kusta, dengan Yesus secara ajaib membuat 150 galon minuman anggur kwalitas nomor satu?! Namun, Yohanes mengatakan, dengan ini Yesus mau membuat debut-Nya yang pertama. Malah “Yesus (mau) menyatakan kemuliaan-Nya!” untuk tujuan yang sangat penting itu, Yesus memilih melakukan sesuatu yang kita anggap kurang penting. Mengapa?
Jawabnya: bukan Cuma sekali itu saja, tetapi betapa sering kita dengan sadar atau tanpa sadar menganggap kurang penting atau menganggap remeh apa yang Tuhan Yesus angap penting! Atau sebaliknya: kita menganggap penting apa yang sebenarnya relative kurang penting.
Kita, orang-orang jaman modern ini, tanpa kita sadari sebenarnya cenderung menjadi semakin pragmatis dan materialistis. Apa maksudnya? Saya mengajak anda memperhatikan bagaimana bentuk pertanyaan yang paling sering kita ajukan, kalau kita menilai sesuatu, yaitu pertanyaan yang didahului tia kata ini : (a) apa sih gunanya?; atau (b) apa sih untungnya? Ini yang saya sebut ‘pragmatisme’. Segala sesuatu ditentukan dan diukur oleh apakah ia mempunyai ‘kegunaan’ atau tidak, apakah ia memberi keuntungan atau tidak. Dan yang lebih jauh lagi, kegunaan dan keuntungan ini diukur secara material.

Sementara orang berkata, “apa sih gunanya melayani? Apa untungnya? Malah nombok! Untuk apa?! Dan yang lain berkata, “wah bagi saya doa itu harus. Doa itu vital. Saya mengalami banyak persoalan yang harus saya hadapi, tetapi puji Tuhan, dengan doa selesai! Saya pernah sakit, dokter sudah angkat tangan, saya hanya bias berdoa. Dan, Haleluya, saya sembuh! Suatu hari kami kehabisan makanan. Kami juga kehabisan uang. Anak-anak mulai menangis karena lapar. Saya mengajak seluruh keluarga berlutut, berdoa. Dan, o, Tuhan sungguh heran! Begitu ‘amin’, ada bunyi ketukan pintu. Saya buka. Ternyata sauara jauh yang belasan tahun tak betemu, membawa banyak sekali oleh-oleh. Kami betul-betul berpesta siang itu!”
Kesaksian yang indah, bukan? Tetapi apa intinya ? intinya adalah, yang satu tidak mau melayanai karena tidak ada manfaatnya, sedang yang lain terus berdoa karena ada hasilnya, ada untungnya. Ini yang saya sebut pragmatisme.
Apa gunanya mengubah air menjadi anggur? Ya, bukan tidak ada gunanya sama sekali, tetapi banyak yang lain yang lebih bermanfaat dan yang lebih menguntungkan, yang lebih efesien an efektif! Yesaya 30:15-16 berkata,…’dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak lekuatanmu.’ Tetapi kamu enggan, kamu berkata: ‘bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat,’ maka kamu akan lari dan lenyap. Katamu pula: ‘kami mau mengendarai kuda tangkas,’ maka para pengejarmu akan lebih tangkas lagi.” Ayat ini dengan amat jelas menggambarkan dengan jelas sikap pragmatisme orang-orang modern seperti kita-kita ini.
“Kami mau naik kuda dan lari cepat!” “kami mau mengendarai kuda tangkas, kami mau lebih konkret, lebih riil, lebih nyata!” Lebih pragmatis! Karena itu, yang banyak dicela orang adalah NATO ‘No Action, Talk only’ alias ‘Ngomong doang’. Orang sekarang mesti Action! Gereja mesti Action! Jangan Cuma ngomong doang! Jangan Cuma diam! Ayo bertindak! Berbuat sesuatu!
“Satu tindakan berbunyi lebih lantang daripada seribu khotbah. “Betul! Ini merupakan cirri khas orang Kristen saat ini. Malas belajar! Malas membaca! Malas mendengar ceramah! “udah deh kasi tahu aja, kami disuruh apa! Tidak usah teori-teorian!”
Tidak seluruhnya salah. Tetapi kalau orang itu maunya hanya seperti Marta, duduk di ‘seksi repot’ terus, tidak sempat menyimak, tidak sempat merenung, tidak sempat belajar, apa akibatnya? Kita jadi lupa dimana sebenarnya letak keselamatan kita! Dan dimana sebenarnya letak kekuatan kita. Kita terlalu sibuk \dengan hal yang kita anggap penting, kita meremehkan hal-hal yang sebenarnya jauh lebih penting atau paling sedikit sama pentingnya!
Dimana letak keselamatan dan kekuatan kita?
“Dengan bertobat dan tinggal diam, kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya, terletak kekuatanmu.”
Apa maksudnya? Betapa penting dan vitalnya spiritualitas itu! Karena disitulah sebenarnya terletak keselamatan kita, dan disitulah kunci serta sumber keselamatan kita, dan disitulah kunci serta sumber kekuatan kita. “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal diam dan percaya terletak kekuatanmu!” Ringkasaannya pada spiritualitas kita.
Tetapi apa yang Tuhan anggap penting, itu yang sering kita anggap kurang penting. Karena pola pikir, pola sikap dan pola tindak kita yang cenderung pragmatis dan materialistis. Yang kita anggap penting adalah : “kami mau naik kuda dan lari cepat, kami mau menggendarai kuda tangkas!” Tuhan mengatakan, “Kalau kamu hanya mau mengandalkan kecepatanmu berlari, ingat banyak orang yang berlari lebih cepat! Kalau kamu ahanya mau mengandalkan ketangkasanmu, pengejarmu akan lebih tangkas lagi. Diatas langit masih ada langit!”
Kalau ibarat menyelenggarakan pesta kawin, kita memikirkan semua hal yang penting dan vital, semuanya, tetapi ‘anggur’ tidak menempati rengking teratas dalam skala prioritas kita. Akibatnya? Betapa sering kehidupan kekristenan kita menjadi ibarat pesta kawin yang kehabisan anggur. Ya jalan! Tetapi, kehilangan gairahnya! Kehilangan kehangatannya! Mbleret, seperti lampu teplok kehabisan minyak. Kekristenan kita kehilangan spirit. Kehilangan rohnya, jiwanya, semangatnya!
Dalam Yohanes 2:3 Maria berkata kepada Yesus, “mereka kehabisan anggur.” Itulah kita! Kehabisan anggur! Kalau anggurnya habis, apa yang masih kita punyai? O, mungkin kita masih punya yang lain: “Disitu ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.”
Anggur habis tapi kami punya enam tempayan besar! Tempayan-tempayan yang dipakai untuk melaksanakan hal-hal yang lebih penting daripada minum anggur, misalnya untuk melaksanakan ritus-ritus, upacara-upacara adat dan agama. Apa ini tidak dengan indahnya melukiskan keadaan kita?
Gereja anda punya apa? Saya yakin gereja anda punya segala macam dan segala sesuatu! Enam tempayan besar, masing-masing isinya dua tiga buyung! Gedung gereja punya, pendeta punya, kegiatan-kegiatan berjalan, keuangan lumayan, aktivis banyak,… enam tempayan besar! Tetapi, “Apakah anda punya persediaan anggur?” apakah ada gairah itu? Sukacita? Komitmen? Semangat vitalitas?
Juan Carlos Ortiz, penginjil sukses dari argentina pernah mengalami itu. Sebagai pendeta muda, dalam dua tahun ia berhasil melipat gandakan jumlah anggota gerejanya tiga kali lipat. Administrasi dibenahi dan dirapikan, sehingga dapat diciptakan system pelayanan dan pelawatan yang amat efesien. Juan juga punya kegiatan pemuda dan sekolah minggu yang dijadikan di mana-mana.
Karena itu, dia banyak sekali di undang kemana-mana untuk berceramah, membagikan resep bagaimana membangun jemaat yang sukses. Capek sekali, tapi senang. Namun demikian, ada yang merisaukan hatinya. Kalau ia sedang bekerja 12-14 jam sehari, kerisauan itu tidak terasa. Tetapi begitu dirumah beristirahat, ia merasakan tubuhnya capek dan hatinya kosong. Ia ingin tahu apa sebabnya, tetapi tidak berhasil. Ia tidak tahan. Ia minta izin kepada majelis jemaatnya untuk menyepi dan berdoa. Hamper dua minggu ia lakukan itu. Yang ia kerjakan hanya merenung dan berdoa, merenung dan berdoa.
Akhirnya dalam bukunya yang ia beri judul Disciple, ia bercerita, Roh Kudus mengunjungi dia, dan terjadi percakapan yang amat menarik.
“Juan, kau mau tahu apa masalahmu? Yang kau punya sebenarnya itu bukan gereja, tetapi ‘bisnis’.”
“Apa maksud-Mu?”
“Ya! Kau memperomosikan Injil seperti mempromosikan Coca-Cola! Engkau memanfaatkan semua kiat dan semua trick manusia yang telah kau pelajari. Tetapi dimana Aku di dalam semua yang kau kerjakan itu?”
“Tuhan, aku tetap tidak mengerti!”
“Nanti Aku jelaskan! Tetapi masih ada yang kedua. Engkau mengira gerejamu bertumbuh. Dalam dua tahun, dari 200 menjadi 600! Padahal kalian tidak bertumbuh. Cuma bertambah! Semula kalian punya 200 bayi rohani, sekarang kalian punya 600 bayi rohani. Cuma itu saja bedanya!”
“Aku harus mengakui, bahwa itu benar adanya, karena itu, aku memilih untuk diam saja. Tidak membantah. Roh Kudus melanjutkan.”
“Sebagai hasilnya, yang kau punyai itu sebenarnya bukan sebuah gereja, melainkan sebuah panti asuhan, sebuah yatim piatu!”
“Rumah yatim piatu?”
“Ya! 600 orang itu adalah orang-orang yatim piatu secara rohani. Mereka tidak menjadi bapak rohani bagi mereka. Engkau lebih sibuk sebagai direktur panti ketimbang sebagai bapak rohani! Semua tetek bengek engkau urus dengan rapi, kecuali menjadi ayah bagi bayi-bayi itu!”
Itu gambaran seorang pekerja, pendeta, aktivis,pemimpin, tokoh Kristen yang sibuk dan sukses, tetapi “kehabisan Anggur”. Gereja yang sukses bertambah dan berkembang dengan pesatnya, dijadikan model dimana-mana, tetapi ‘kehabisan anggur’. Hanya penuh ‘bayi-bayi rohani’.
Saya harap anda tidak salah mengerti! Saya tidak mengatakan bahwa jadi ‘bayi rohani’ itu salah! O, sama sekali tidak! Kalau masih bayi, ya sama sekali tidak salah kalau bersikap seperti bayi. Yang menjadi soal adalah, kalau orang itu terus-terusan jadi bayi, tidak bertumbuh! Terus-terusan jadi’bayi rohani’!” ini dipesoalkan dalam Ibrani 5:12 “Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras!” Apa ini artinya?
Jadi anak-anak itu, sekali lagi, tidak salah. Yang di cela adalah kalau orang ‘kekanak-kanakan’ kalau spiritualitasnya tidak bertimbuh! Atau bertumbuh tapi bertumbuhnya terbalik, yaitu bukan makin lama makin dewasa, tetapi makin kekanak-kanakan.
“Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”
Amat jelas, spiritualitas itu penting! Bukan berbuat baik yang penting dan utama, tetapi bertobat! Bukan berbuat sebanyak mungkin yang penting dan utama, tetapi percaya! Ini sama sekali tidak menganjurkan sikap pasif, nrimo, dan terima nasib saja. Tidak, berserah itu bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Berserah artinya: kita melakukan apa yang menjadi bagian kita sebaik-baiknya, sambil mempersilahkan Tuhan melakukan apa yang menjadi bagian-Nya dengan sebebas-bebasnya.
Apa artinya kalau Yesus mengubah air menjadi anggur, dan mengapa ia memilih tindakan ini pada penampilan pertama-Nya? Satu hal yang amat jelas: Yesus ingin menunjukkan bahwa kedatangan-Nya kedalam dunia ini adalah untuk mengubah segala sesuatu secara mendasar, secara radikal, secara menyeluruh, seperti Ia mengubah air menjadi anggur.
Banyak orang Kristen dan gerja kristen yang kehidupan imannya seperti air putih. Punya enam tempayan besar-besar, tetapi isinya Cuma air putih. Saya tidak mengatakan bahwa ini jelek. Tetapi air mewakili sesuatu yang tanpa warna, tanpa rasa, aman, tenang, tetapi datar tanpa gelegak.
Betul tidak kalau saya katakan, ibadah-ibadah kita sering seperti air saja? Hidup doa kita seperti air saja? Kesaksian dan pelayanan kita tawar seperti air saja?
Yesus ingin mengubah air menjadi anggur. Ia ingin ada gairah, ada dinamika, ada vitalitas, ada kehidupan dalam hidup kita! Tidak harus berarti bahwa kita harus pingsan-pingsan dalam ibadah, berbahasa lidah dalam berdoa, dan sebagainya. Yesaya mengatakan, “Bertobat dan tinggal diam, tinggal tenang dan percaya.” Diam dan tenang, tetapi ada kehidupan didalam, ada dinamika. Bukan diam karena tidak tahu harus berbuat apa, tetapi diam, tenang, karena sungguh-sungguh in control, menguasai keadaan, seperti yang kita lihat dalam film-film laga: semakin hebat dan semakin tinggi ilmu sang jagoan, semakin tenang dia dan semakin banyak diam.
Kehidupan doa banyak orang Kristen juga sering hanya seperti air! Tawar. Tanpa warna. tanpa rasa. Padahal doa adalah unsur paling utama dalam spiritualitas kita! Tanpa doa, tidak ada spiritualitas. Dan tanpa spiritualitas, yang ada ialah air bukan anggur!
Musuh doa yang paling serius adalah pragmatisme dan materialisme. Pragmatisme telah membuat doa kehabisan anggur. Banyak orang-karena pragmatisme - memilih untuk tidak berdoa lagi, tetapi bertindak! Mereka mengatakan, “Doa tidak mengubah apa-apa! Tindakanlah yang bisa mengubah sesuatu! “Apa gunanya berdoa? Apa manfaatnya? Apa untungnya? Mereka memilih kuda, mereka memilih lari dari pada berdoa!
Tetapi, kehidupan doa juga rusak oleh karena pragmatisme bentuk lain, yaitu orang yang justru rajin sekali berdoa, kalau perlu semalam suntuk! Ini saja sebenarnya tidak salah, tetapi awas! Yang amat berbahaya adalah: kalau doa tanpa sadar kita jadikan alat, kita jadikan metode, kita jadikan pistol untuk memaksa Allah memenuhi apa yang kita kehendaki! Doa yang seharusnya merupakan ekspresi penyerahan diri kepada Tuhan, berubah menjadi penghujatan kepada Tuhan. Tuhan yang mesti melayani kehendak kita, dan bukan kita yang melayani kehendak-Nya. Kehendak kita, kita paksakan menjadi kehendak Tuhan, dan bukan sebaliknya kehendak Tuhan kita jadikan kehendak kita!
Gereja yang lebih banyak mengadakan rapat daripada berdoa, berada dalam bahaya kehabisan anggur! Jalan sih jalan. Bahkan mungkin ada perkembangan disana sini. Tetapi seperti air. Tawar. Tanpa warna. Tanpa rasa. Biasa-biasa saja dan begitu-begitu selalu sepanjang masa.
Yesus mengubah air menjadi anggur. Kita harus minta sungguh-sungguh kepada Tuhan,agar kehidupan doa yang amat vital itu dipulihkan kembali. Doa barang kali tidak akan segera dan nyata mengubah dunia disekitar Anda. Misalnya kita sudah berdoa sejak tahun 1978 agar SKB MENDAGRI dan MENEG tentang pengaturan pembangunan rumah ibadah itu ditinjau kembali. 25 tahun berlalu keadaan kita tidak berubah. Entah berapa tahun kita berdoa bagi perdamaian, bagi keadilan, bagi kebebasan, bagi demokrasi, apa yang terjadi? Dunia tidak berubah. Doa barangkali tidak akan dengan segera dan dengan nyata mengubah dunia disekitar kita. Akan tetapi, dan ini pasti, doa yang sungguh, doa yang benar, doa yang tekun, akan mengubah diri kita! Kit akan berubah menjadi lebih hidup, lebih dinamis, lebih kuat, lebih tahan, lebih ulet. Doa memberi kita keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapatat kita ubah (betapapun sulitnya). Doa akan memeberikan kepada kita kekuatan untuk menerima
hal-hal yang tidak dapat kita ubah. Dan doa akan memberikan kepada kita kearifan untuk membedakan mana yang dapat kita ubah dan mana yang hanya harus kita terima.
Bagaimana berdoa dengan benar itu?
Ini yang pertama-tama harus kita ingat : doa itu bukan kata-kata. Doa itu adalah sikap hati. Sikap hidup. Banyak orang berkata, “Saya tidak bias berdoa!” padahal maksudnya : ‘saya tidak tahu harus ngomong apa dalam doa saya!’ atau : ‘saya bukan orang yang pandai merangkai kata-kata.’ Salah!
Bahkan anda bisa berdoa dengan diam. Kata-kata malah kadang-kadang membuyarkan doa kita, membuat kita berdoa hanya dengan mulut kita, tidak dengan hati kita (bnd. Rm. 8:26)!
Oleh karena itu, jangan hanya mengucapkan doa! Jangan hanya membaca doa! Jangan juga hanya mendengar doa! Tetapi apa? Jadilah doa! Dalam bahasa inggris : Don’t pray! Be a prayer!
Jadikanlah seluruh hidup kita itu sebuah doa! Artinya, dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun, kita memelihara komunikasi dengan Allah.
Ini memang konsekuensinya kalau kita menjalin hubungan cinta dengan Allah. Kita tidak hanya mencintai kekasih kita pada waktu ketemu, lalu bilang “o, darling I love you!” itu memang perlu! Tetapi yang namanya cinta sejati itu bukan sewaktu-waktu. Cinta sejati it uterus memerus hadir sepanjang waktu. Hidup kita itu cinta. Cinta itu hidup kita. Tidak berarti kita lalu tidak makan, tidak minum, tidak bekerja, hanya memikirkan cinta. Tetapi baik pada waktu makan, minum, kerja, tidur, kita lakukan semua itu dengan cinta, dengan cinta..
Itu yang dimaksudkan oleh Rasul paulus dalam Efesus 6:18, berdoalah setiap waktu didalam roh dan berjaga-jagalah didalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya.
Dalam arti itulah, Calvin mengatakan doa itu adalah nafas. Pertama, kita tidak bisa dan tidak boleh berhenti berdoa, seperti kita juga tidak bisa dan tidak boleh berhenti bernafas. Berdoalah setiap waktu, kata Paulus. Kedua, doa adalah nafas. Artinya, doa itu harus kita laku kan secara alamiah tidak kita paksa-paksa. Tidak kita buat-buat. Tidak terasa sebagai tugas atau beban. Ketiga, 1Tim 4:7 mengatakan Latihlah dirimu beribadah. Memelihara dan mengembangkan spiritualitas itu perlu latihan. Tadi saya katakan orang bernafas secara alamiah. It comes naturally, kata orang Inggris. Benar! Tetapi kita tahu sekarang orang mulai menyadari kembali, betapa jauh lebih baik dan jauh lebih bermanfaat lagi kalau setiap kita bernafas kita lakukan itu dengan sadar. Kita rasakan. Waktu menarik nafas. Waktu mengeluarkan nafas. Ini perlu latihan.
Saya mau membagikan kepada anda sebuah latihan spiritualitas, yang disebut doa nafas. Saya telah melakukannya, dan saya telah merasakan manfaatnya. Apa manfaatnya? Saya merasakan hidup saya tidak seperti air lagi tetapi seperti anggur. Belum kwalitas terbaik, sebab itu saya harus berlatih. Bagaimana caranya? (1) coba mulai sekarang jangan sebut Tuhan itu sekedar sebagai Tuhan! Seperti kita tidak memanggil istri/suami/anak kita dengan namanya.
Saya tidak memanggil istri saya hanya, hai Evang! Tetapi, Bu! Atau yang atau dear. Ini amat pribadi. Jadi, masing-masing bebas member panggilan kepada Tuhannya yang paling berarti baginya. Saya memanggil Tuhan saya, Bapa Pengasih! Ada yang menyebut Dia, Bapa sayang. Ada yang menyebutnya Nahkoda kehidupan, atau apa saja, yang paling berarti dan amat pribadi bagi anda. (2) bayangkan, sekiranya Tuhan anda itu tiba-tiba ada didepan anda dan dengan lembut Dia berkata, Eka, kebetulan aku ada disini. Kamu mau minta apa? Satu hal yang paling utama dan yang paling kau rindukan! Sebaiknya anda tidak cepat-cepat menjawab renungkan dulu baik-baik. Sebab ini hanya berlaku satu kali. Tetapi saya bayangkan, kalau Tuhan ada di depan saya, saya tidak akan minta apa yang biasa saya minta dalam doa-doa saya biasa selama ini. Saya akan minta yang jauh lebih penting dan jauh lebih utama. Nah, misalnya saya memilih untuk minta agar saya merasakan kasihnya! Ada yang minta
keadilan, ada yang minta merasakan pimpinan-Nya, kehadiran-Nya.macam-macam. Ini juga amat pribadi. Jadi, saya akan meminta, Bapa pengasih, biarkan aku merasakan kasih-Mu.
(3) yang disebut doa nafas, adalah pada saat-saat: misalnya sementara antri, sementara anda tidak harus berkonsentrasi untuk yang lain, pada waktu anda takut atau khawatir, pada waktu malam menjelang tidur, untuk meditasi anda, atau bangun tidur (jangan terus bangkit!). tenangkan diri anda, rasakan nafas anda. Setiap kali anda menarik nafas, ucapkan doa nafas itu. Begitu pula pada waktu mengeluarkan nafas:
Bapa Pengasih, biarkan aku merasakan kasihMu…. (4x)

Tuhan Yesus Memberkati!!
Haleluya, AMEN


Sumber: Buku Spiritualitas Siap Juang
Alm Pdt Eka Darma Putra
BPK Gunung Mulia 2007
Diketik Ulang oleh : Pdt Masada Sinukaban & Baktiani Sri Melvina br Ginting
“Ketika AKU sakit, kamu melawat AKU”
(Mohon Dukungan Doa Pdt Rudi Elsino Surbakti S.Th Pelayan GBKP Rg Sidikalang Klasis Dairi)

Tanggal 21 Agustus 2009 lalu Pdt Rudi Elsino Surbakti PKPW GBKP Rg Sidikalang masuk rumah sakit Methodis jalan Tamrin Medan. Menurut Dokter, Pdt Rudi menderita Tumor Ganas di Paru-paru. Disamping itu, Pdt Rudi juga menderita penyakit Paru-paru basah, ini terbukti ketika kami berkujung ke rs tersebut, kami melihat secara langsung ada sebuah alat selang penyedot cairan yang di tempelkan di bawah ketiak Pdt Rudi. Selama lebih kurang seminggu Pdt Rudi di rs tersebut, ada 5 liter cairan berwarna kemerahan yang di sedot dari paru-paru Pdt Rudi. Sungguh memprihatinkan.
Kamis 27 Agustus 2009, menjelang sore hari Pdt Rudi di bawa pulang kerumah (rumah Orang Tua Nora di dekat Sekolah Pencawan). Kami bersama Nora kembali menjenguk Pdt Rudi, setelah berdoa bersama untuk kesembuhan beliau, jam 8.30 malam kami pulang kerumah, Pdt Rudi perlu Isterahat karena besok pagi jam 7.10 dengan Pesawat Sriwijaya Air rencana berangkat ke Penang untuk meneruskan pengobatan. Kita tidak tahu apa rencana Tuhan Yesus terhadap Pdt Rudi, ketika pesawat hendak mendarat di Penang, ternyata Cuaca sangat buruk! Memang pada hari jumat tersebut cuaca di Medan sangat tidak bersahabat, hujan terus menerus selama 5-6 jam, Pesawat yang membawa Pdt Rudi kembali ke Polonia. Lalu jam 11.20an kembali berangkat ke Penang, Puji Tuhan, jam 12an tiba di Penang.
Kami, yang tergabung di dalam Pendeta GBKP ini, mau menyerukan kepada kita semua dimanapun Pdt, Pt, Dkn dan jemaat berada untuk selalu mendukung Pdt Rudi ini dengan Doa agar Pendeta cepat sembuh dan kembali melayani seperti biasa. Sebelum melayani di GBKP Rg Sidikalang Klasis Dairi, Pendeta Rudi Melayani di GBKP Si Keben Klasis Sibolangit.
Kami juga berpesan kepada para Pendeta agar meningkatkan Solidaritas PKPW. Melihat keadaan Pdt Rudi yang sangat meprihatinkan, kita sadar para Pendeta memiliki banyak tugas dan pelayanan. Sebaiknya, kalau ada PKPW atau Pendeta GBKP yang sedang sakit, sudilah kiranya para Pendeta dan juga teman-teman Klasis yang di Medan untuk datang Berdoa ke Rumah Sakit. Benar, Pdt Rudi membutuhkan bantuan dana, akan tetapi dia juga sangat butuh dukungan Doa dan pendampingan, ini sebuah pengalaman, saya sangat prihatin kebersamaan Pendeta dan solidaritas Pendeta kalau hal ini tidak di ingatkan akan menjadi sebuah kebiasaan! Jadikanlah ini pengalaman atau cambuk untuk mengingatkan kita semua, siapapun yang sakit, kita harus mengunjunginya. Atau minimal bertelepon, sms dan sebagainya. Hal itu sangat membantu teman-teman Pendeta yang sedang sakit. Terlebih, Keluarga, Nora dan Anak-anaknya.
Saat ini, Pdt Rudi yang sakit, besok mungkin Saya, lusa mungkin Anda. Satu hal yang terpenting adalah, mari kita menjaga kesehatan. Tetap saling berkonunikasi dan saling membantu dalam kesusahan. Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Galatia 6:2. Sakit/penyakit tidak bisa kita tolak, dia hampir sama dengan kematian, kita tidak bisa tahu kapan datangnya. Yang penting disini adalah saling peduli dan saling memperhatikan! Solidaritas harus terus di jaga dan di tumbuh kembangkan. Pesan Tuhan Yesus di Injil Matius 25 : 36b “ Ketika AKU sakit Kamu Melawat AKU”
Kalau kita tidak bisa atau belum bisa membantu secara materi, bantulah dengan DOA! Kalau kita tidak sempat datang 2 atau 3 kali ke rumah sakit untuk menjenguk Pdt, Pt, Dkn, Jemaat, atau tetangga kita yang sakit. Minimal “satu kalilah” kita datang berkunjung. Itu sudah menguatkan dia agar semakin semangat untuk sembuh. Kalau kita sama sekali tidak bisa datang menjenguk orang yang sedang sakit, kita bisa menelpon atau meng smsnya untuk menguatkannya dari jarak jauh. Kalau kita tidak bisa menelpon atau meng sms, kita bisa mendoakan dari rumah dan dari Gereja.
Jangan Alaskan kesibukan, untuk menjenguk orang yang sedang sakit! Usahakan berbagi waktu, Anda pasti bisa melakukannya.
Doakan juga Nora Pdt Rudi Elsino Surbakti : Srimeidina br Ginting Manik. Anak: Yantamana Kristo Surbakti dan Kristian Makana Surbakti. Agar mereka tetap kuat menghadapi ujian ini.
Kepada para Pdt, Pt, Dkn, Jemaat dan Keluarga yang sudah datang ke rumah sakit dan berdoa bagi Kesembuhan Pdt Rudi kami ucapkan banyak terima kasih. Kepada para Donatur yang telah membantu Pdt Rudi melalui kami, Keluarga NN GBKP Semarang, Kel Andy Natanael Ginting Manik SH, MM. Jakarta dan Kel Pt Ab Purba GBKP Dumai, Pdt Kalvinsius Jawak, Pdt Jhonwinsyah Raja Saragih, Pdt Herman Sitepu, Pdt Kartauli Kaban, Cln Pdt Timotius Sembiring, Pdt Abdi Jaya Barus, Pdt Jonterkelin Ginting, Pdt Jeri Tarigan. Dan teman-teman Pdt yang lain, tidak bisa kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan banyak terima kasih. Tetaplah Berdoa, buat kesembuhan Pdt Rudi, Firman Tuhan buat Pdt Rudi Elsino Surbakti dan Keluarga : Oleh Bilur-bilurnya kamu telah sembuh. I Petrus 2 : 24b.
Menutup tulisan ini, Saya mengangkat Sepenggal lagu Rohani Nikita
“Allah mengerti, Allah peduli, segala Persoalan yang kita Hadapi”

Tuhan Yesus Memberkati AMEN

Penulis
Pdt Masada Sinukaban